dari al uyeah "mamen"
Allah Bersemayam Di Atas 'Arsy. Berbicara mengenai perkara sifat-sifat
Allah itu perlu disandarkan kepada kabar-kabar yang Rosulullaah
sampaikan. Asy Syafi’i mengatakan di bagian awal Muqoddimah Kitab Ar
Risalah: “Segala puji bagi Alloh yang (terpuji) sebagaimana sifat yang
Dia tetapkan untuk diri-Nya sendiri. Sifat-sifat yang tidak bisa
digambarkan oleh makhluknya.”
Dengan demikian beliau rohimahulloh menerangkan bahwa Alloh itu memiliki
sifat sebagaimana yang Dia tegaskan di dalam Kitab-Nya dan melalui
lisan rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Begitu pula yang dikatakan oleh Ahmad bin Hambal. Beliau mengatakan:
Alloh tidak diberi sifat kecuali dengan yang Dia tetapkan sendiri, atau
sifat yang diberikan oleh Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam tanpa
disertai tahrif (penyelewengan makna), tanpa takyif (memvisualisasikan),
tanpa tamsil (menyerupakan dengan makhluk), tetapi mereka menetapkan
nama-nama terbaik dan sifat-sifat luhur yang Dia tetapkan bagi diri-Nya.
Mereka yakini bahwasanya:
لَيْسَ كمثله شيء وَهُوَ السميع البصير
“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai dengan-Nya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
baik dalam sifat-sifatNya, Zat-Nya maupun dalam perbuatan-perbuatanNya.
Nabi bersabda dalam konteks hadits budak perempuan : “Di mana Alloh?”
Budak tersebut menjawab, “(Alloh) di atas langit.” Akan tetapi bukan
berarti maknanya Alloh berada di dalam langit, sehingga langit itu
membatasi dan meliputi-Nya. Keyakinan seperti ini tidak ada seorang pun
ulama salaf dan ulama yang mengatakannya; akan tetapi mereka semuanya
bersepakat Alloh berada di atas seluruh langit ciptaan-Nya. Dia
bersemayam (tinggi) di atas ‘Arsy, terpisah dari makhluk-Nya; tidak
terdapat sedikit pun unsur Dzat-Nya di dalam makhluk-Nya, begitu pula,
tidak terdapat sedikit pun unsur makhluk-Nya di dalam Dzat-Nya.
Malik bin Anas pernah berkata:
إن الله فَوْقَ السماء، وعلمه فِي كلّ مكان
“Sesungguhnya Alloh berada di atas langit dan ilmu-Nya berada (meliputi) setiap tempat.”
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
”Apakah kamu merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit, bahwa Ia
akan menenggelamkan ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi) bergoncang ?” (Al-Mulk : 16) Pertanyaan : Siapakah DZAT yang di atas langit tsb ?
”Mereka (para Malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang berada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa-apa yang diperintahkan”. (An-Nahl : 50). Pertanyaan : Siapakah Tuhan mereka yang berada di atas mereka ?
”Wahai Isa ! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu
kepada-Ku” (Ali Imran : 55). Artinya : ”Tetapi Allah telah mengangkat
dia (yakni Nabi Isa) kepada-Nya” (An-Nisa’ : 158). Pertanyaan :
mengangkat itu dari mana ke mana ? berarti Yang mengangkat dimana ?
”Dan berkata Fir’aun : Hai Haman! Buatkanlah untukku satu bangunan
yang tinggi supaya aku (dapat) mencapai jalan-jalan. (Yaitu) jalan-jalan
menuju ke langit supaya aku dapat melihat Tuhan(nya) Musa, karena
sesungguhnya aku mengira dia itu telah berdusta”. (Al-Mu’min :
36-37. Al-Qashash : 38). Pertanyaan : kira-kira apa yang dikatakan Musa
kepada fir’aun sehingga fir’aun membuat bangunan yang tinggi supaya
dapat menuju ke langit supaya dapat melihat Tuhan(nya) Musa ?
Dan juga dari lisan Rosulullah Shallallahu'alaihiwasalam
”Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang dimuka bumi, niscaya tidak akan di sayang oleh Dzat yang di atas langit”.
(Shahih, diriwayatkan oleh Imam Thabrani di kitabnya ”Mu’jam Kabir No.
2497Pertanyaan : Siapakah Dzat yang di atas langit yang dimaksud?
”Tidakkah kamu merasa aman kepadaku padahal aku orang kepercayaan
Dzat yang di atas langit, datang kepadaku berita (wahyu) dari langit di
waktu pagi dan petang”. (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Muslim 3/111 dan Ahmad 3/4 dari jalan Abu Sa’id Al-Khudry). Pertanyaan :
Siapakah Dzat yang di atas langit yang dimaksud?
”Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya ! Tidak seorang suamipun
yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya (bersenggama), lalu sang istri
menolaknya, melainkan Dzat yang di atas langit murka kepadanya sampai
suaminya ridla kepadanya ”.(Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim
4/157 dari jalan Abu Hurarirah).Pertanyaan : Siapakah Dzat yang di atas
langit yang dimaksud?
Anas bin Malik menerangkan : Artinya : ”Adalah Zainab memegahkan
dirinya atas istri-istri Nabi Shallallahu'alaihiwasalam, ia berkata :
”Yang mengawinkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga kamu, tetapi yang
mengawinkan aku (dengan Nabi) adalah Allah Ta’ala dari atas langit
ketujuh”. Dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan :
”Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas
langit”. (Riwayat Bukhari juz 8 hal:176).Pertanyaan : dimanakah Allah
menurut Zainab ?
Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukan bahwa Allah di atas langit.
Sebagai seorang hamba bukanlah urusan kita untuk membayangkan bagaimana,
seperti apa, dan prasangka-prasangka lain seperti yang mengatakan "jika
Allah ada di atas langit, berarti langit lebih luas dari pada Allah"
dan semisalnya. Logika salah seperti ini jika digunakan untuk sifat Maha
Mendengar Allah tentu tidak akan cocok. Karena makhluk juga bisa
mendengar.
Kita katakan, Allah lah yang menetapkan sifat atas diri Nya, dan tidak pula ada makhluk yang menyerupai Nya
Seperti sifat mendengar, manusia bisa mendengar, makhluk selain manusia juga ada yg bisa mendengar
Allah telah menetapkan sifat Maha Mendengar kepada diriNya. “Barangsiapa
yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi
Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. An Nisa’: 134).
Apakah sifat mendengar Allah sama dengan makhlukNya? tentu tidak
Apakah termasuk menyamakan dengan makhluk ketika meyakini Allah
mendengar? tentu tidak, karena Allah sendirilah yang menetapkan atas
diriNya memiliki sifat Maha Mendengar
Sama seperti dengan meyakini sifat Allah, Allah berada di atas langit. Siapa yang menetapkan Allah di atas langit? Allah sendiri
Tidaklah yang mengatakan Allah ada dimana-mana kecuali dengan prasangka
semata, tidaklah yang mengatakan Allah ada tanpa tempat hanyalah
prasangka semata. Yang tidak bisa menunjukan dalil dari Al Quran maupun
hadits Rosulullah Shallallahu'alaihiwasalam
Jika Allah dimana-mana tentu Allah tidak di atas langit. Jika Allah ada
tanpa tempat, tentu Allah tidak di atas langit. Ketiganya kontradiktif,
dan kebenaran hanya ada satu. Wallahua'lam
0 komentar: