Berkali-kali maya menyeka matanya yang basah. Ada banyak hal yang ingin ia ulang, jika semua mungkin. Ingin rasanya melihat ayahnya tersenyum bahagia, seperti saat-saat terakhir sebelum kepergiannya. Senyum yang lama hilang karena duka hatinya….
Maya lahir di sebuah desa yang jauh dari keramaian. Selepas SMU, ia pergi kekota untuk mengadu nasib. Sendiri tanpa sanak saudara, ia berusaha sebaik mungkin menjaga dirinya. Namun kehidupan kota tak seramah yang ada dibenaknya. Perlahan, gaya hidup dan pergaulan kota melunturkan nilai-nilai dalam dirinya. Hingga ia terjerat didalamnya.
Awaunlnya, maya merasa iri dan sungkan saat teman-teman kerja mengajaknya masuk kesebuah diskotik. Hampir setengah jam ia hanya duduk manis di pojok sofa, hanya sekedar melihat teman-temannya berbaur dengan pengunjung lain. Ketika seorang kawan menariknya bergabung ia tak kuasa menolak dan turut menikmati hentakan musik yang kian lama membuatnya terlena. Lepas tengah malam Maya dan temannya baru meninggalkan tempat hiburan itu.
Sejak itu, hampir setiap ada kesempatan ia tak pernah melewatkan waktunya untuk besenang-senang. Ia semula hanya menikmati music, mulai menjadi penikmat minuman beralkohol. Tak jarang ia pulang dalam keadaan setengah sadar. Turun dari taksi dengan tubuh sempoyongan menuju kamar kost-nya. Berberapa teman kost, telah berusaha menegurnya tapi ia tak peduli.
Dunia seolah telah menjadi candu baginya. Ia mulai jauh terseret pada kelamnya dunia malam. Ia menghinakan diri di dalamnya. Ia keluar dari tempatnya bekerja, karena dianggap tak menjanjikan apapun. Maya memilih profesi di dunia kelam.
Hidupnya drastic berubah. Dalam waktu singkat, kemewahan telah dimilikinya. Tak segan ia mengirim uang yang didapatnya pada orang tua, membuatkan rumah dan isinya. Kehidupan orang tua praktis berubah secara ekonomi.
Namun kedua orang tua tetap tidak berubah dalam kesahajaanya meski berlimpah harta. Mereka mengira Maya telah sukses di kota, hingga syukur tak pernah henti mereka panjatkan kepada Allah. sayang, mereka tak pernah tahu, Maya telah menutupi semua kebobrokannya. Apa yang orang tuanya kira kesuksesan ternyata hasil dari dunia kelam yang dijalaninya.
Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Serapat-rapat bangkai disimpan, busuknya akan tercium pada akhirnya. Berawal dari ketidak sengajaan adiknya ingin berjumpa maya.
Orang tua meminta tolong adik bungsunya untuk menemui Maya karena suatu urusan. Berawal dari sinilah kehidupan Maya dikutahui keluarga. Qodarullah adiknya belum tahu tempat tinggal Maya yang baru. Adiknya mengira ia masih tinggal di kontrakan lamanya. Informasi diperoleh bahwa Maya telah tinggal di rumah barunya. Tak hanya itu, adik Maya mendapatkan info tambahan bahwa Maya telah berubah dan hidup dalam dunia kelam.
Berbekal informasi itu, adik Maya diam-diam mendatangi tempat tinggal maya. Tak ingin su’uzhon pada saudarinya, sang adik sengaja mengamati seharian di rumah Maya dari kejauhan. Berdebar adiknya menanti apa yan terjadi. Sehari itu, ia melihat rumah Maya banyak dikunjungi tamu pria. Penasaran, ia bertanya tentang Maya pada tetangga rumah. Yang ia dengar membuatnya lunglai. Ternyata benar, kakaknya berada dalam dunia kelam.
Berita itu membuat kecewa orang tuanya. Rumah seisinya pemberian Maya ditinggalkan begitu saja oleh orang tuanya. Kemarahan dan kecewa yang menggunung kedua orang tuanya, pada akhirnya membuat Maya terjada dari mimpi buruk. Bening hati telah menuntunya pada kebenaran sejati.
0 komentar: