Kisah Taubat: KERUPUK
Kuingat aku meremuk seluruh kerupuk dagangan yang diambil bapak dari pengepul. Hal sepele, bapak menolak memenuhi keinginanku ikut rombongan teman ke Bogor saat liburan. Alasan bapak sama seperti biasa, bapak tak punya uang unuk itu. Jika pun ada hanya cukup untuk makan sehari-hari dan untuk modal berdagang esok hari.
Aku yang tak mau tahu sangat kesal dan mengobrak abrik kerupuk bapak hingga remuk berantakan. ibu hanya beristighfar menatapku. Bapak hanya menatapku tajam tanpa berkata. Sementara adik bungsu perempuanku menangis sambil menumpahkan kemarahannya padaku. Melihat kemarahanya, aku sempat tak punya nyali. Aku tak pernah melihatnya semarah ini. Ia biasa terlihat sangat lembut dan jarang berbicara. Ternyata...
Kutinggalkan rumah dengan segala rasa yang entah. Antara sesal, kecewa, malu dan segala rasa yang begitu saja menggunung. Harusnya aku beruntung, punya orang tua dengan segala keterbatasan ekonomi masih bisa dan sangat bersemangat menyekolahkan aku dan adik-adik. Mereka selalu menjagaku, merawatku, dan selalu berusaha semampu mereka membahagiakan kami.
Aku selama ini terlalu buta untuk melihat semua ini. Terlalu buta untuk melihat jerih payah mereka. Aku hanya tahu semua ada dan tersedia. Tiba-tiba air mataku meleleh deras. Sesuatu yang selama ini tak pernah terjadi padaku. Terbayang kerupuk yang hancur berantakan... teringat istighfar ibu dan bapak yang hanya berdiri memaku menatapku... Kakiku yang kala itu menyusur gang, segera berbalik arah.
Sampai depan rumah, suasana lenggang. Ada rasa berdebar saat kulangkahka kakiku mendekati pintu. kulihat adik dan ibu masih membereskan sisa kerupuk yang berserak. Saat tahu aku datang, mereka hanya diam. aku kian merasa bersalah. kerupuk yang sejatinya bisa untuk menafkahi keluarga kami hari ini gagal di jual bapak.
Kulihat remuk remuk kerupuk seperti remuknya hati bapak dan ibu karena sikapku. Ibu menatapku sekilas. Sejurus kemudian ia kembali sibuk dengan remah remah kerupuk di lantai. Bapak tak ada, entah kemana...
Kerupuk-kerupuk telah membuatku menjadi sangat tak berarti - atas izin ALLOH. Selama ini aku hanya mampu meminta pada bapak dan ibu, tanpa mau tahu jerih payahnya. Benda yang terlihat rapuh dan ringkih itu, justru membuat bapak terlihat hebat di mataku.
Makanan rapuh dan ringkih itu pula yang menjadikan aku masih bisa menikmati nasi dan lauk sederhana di meja makan, bisa melanjutkan sekolah, membeli keperluan sederhana serta bisa mengantongi sedikit uang saku. MasyaALLOH... Harusnya aku sangat bersyukur. Hanya karena terpengaruh dan dimanjakan pergaulan, aku menjadi begitu lupa diri, bahkan sampai melukai hati bapak dan ibu dengan sikapku yang tak pantas.
Akibat ulahku itu, aku harus bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk meminta maaf pada bapak dan ibu. Masih kuingat bapak menangis karena permintaan maafku. Kupikir bapak akan sangat marah padaku saat itu.
Tapi justru hati bapak dan ibu seluas samudra... Tubuhku menggigil dingin dalam tangis. Atas izin ALLOH, Kerupuk-kerupuk itu telah membuatku belajar banyak hal, termasuk menjadi laki-laki sejati, belajar menghargai hidup, sekecil apapun itu. Aku belajar bahawa sesuatu yang terlihat ringkih dan lemah, bukan berarti tak berguna. bahka lebih kuat daripada yang terduga.
Bertahun-tahun kemudian, Kerupuk-kerupuk mengantarkanku menajdi seorang sarjana setelah aku mengambil tehnik sipil. Hidupku selanjutnya tak pernah jauh dari kerupuk. Aku berhasil membuat industri rumah tangga kerupuk yang berkembang pesat dengan cepat. Alhamdulillah, Semua memakai dana mandiri tanpa berhubungan dengan riba sedikitpun.
Aku memiliki belasan karyawan yang setiap hari membantuku. Mereka semua seperti keluarga bagiku. Tanpa bantuan mereka, usahaku takkan bisa berjalan. Sedang bapak masih saja seperti dulu hingga akhir hayatnya. Ia masih setia dengan kerupuk-kerupuk yang ia jajakan dari warung ke warung. Semoga Alloh memberkahinya. Ibu bisa menikmati hari tuanya bersama menantu, anak dan cucunya,
Sesekali di waktu luangnya, ibu melongok le pabrik kerupuk. Beliau akan selalu tersenyum menatapku. Dan senyum ibu akan membuatku menangis. Menangis teringat semuanya. Semua yang terjadi pada masa lalu menjadi hikmah yang begitu besar pada hidupuku. (***)
aisybe
blog ini terinspirasi sebuah hadits "Orang yang palin Alloh cintai adalah yang paling bermanfaat". and, i wanna be it
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: